Rabu, 10 Februari 2016



TEORI HADIS DAN TEORI DARWIN
TENTANG ASAL-USUL MANUSIA :
Benarkah Manusia Berasal dari Kera
----------------------------------------------------------
Oleh : Mahmud Suyuti

I. Pendahuluan
Charles Darwin (selanjutnya disebut Darwin), terkenal dengan teori evolusinya bahwa manusia berasal dari kera. Banyak ilmuan yang meyakini teori ini, bahkan Paus Yohannes Paus II membenarkan teori Darwin tersebut.[1] Pembenaran Paus itu, tentu saja mengejutkan sebab menurut Alkitab, manusia pertamakali diciptakan ialah laki-laki bernama Ādam, kemudian daripadanya diciptakan perempuan bernama Eva (Hawa).[2] Demikian pula Alquran menegaskan bahwa manusia pertama yang dicipta-kan Allah adalah seorang khalīfah, dan yang dimaksudkan di sini menurut kebanyakan mufassir adalah Nabi Ādam as. Namun jika term-term khalifah dan derivasinya dalam Alquran diinterpretasi lebih lanjut, ternyata pengertiannya tidak merujuk pada Nabi Ādam as semata, dan ini berarti bahwa ada keraguan tentang "Nabi Ādam as, bukan manusia pertama".
Memang Alquran sendiri tidak menegaskan secara tekstual bahwa Ādam adalah manusia pertama. Sehingga di dalam Alquran itu sendiri ditemukan teori tentang adanya makhluk sebangsa manusia pra-Ādam. Teori yang sama juga ditemu-kan dalam hadis-hadis Nabi saw. Bahkan hadis-hadis secara dramatis menceritakan proses penciptakan Ādam dalam beberapa tahap, sehingga ditemukan isyarat tentang kebenaran teori evolusi Darwin mengenai asal usul manusia pertama. Karena demikian halnya, timbul pertanyaan : Apakah hadis membenarkan teori Darwin ?
Pertanyaan di atas, dijawab pula dalam beberapa hadis yang berkaitan dengan proses penciptaan Ādam, dan hadis-hadis tersebut harus di-syarah (dianalisis) secara tekstual dan kontekstual. Sebab, hadis-hadis tentang penciptaan manusia pertama sangat beragam redaksinya dan ia termasuk dalam wilayah kajian hadis-hadis kontroversial,[3] hadis-hadis yang secara spintas bertentangan makna dan kandungan-nya dengan hadis-hadis lain.
Memang banyak hadis walaupun shahih (sah dan akurat, murni bersumber dari Nabi saw) namun dalam kenyataannya tampak saling bertentangan. Seperti, ada hadis yang melarang buang hajat menghadap kiblat, dan juga yang membolehkan; ada hadis yang melarang ziarah kubur, ada juga yang membolehkan; ada hadis yang melarang nikah kontrak, ada juga yang membolehkan. Demikian pula ada hadis yang menegaskan bahwa Ādam adalah manusia pertama, dan ada juga hadis yang menegas-kan bahwa Ādam bukan manusia pertama, sehingga menimbulkan pertanyaan bahwa kalau manusia bukan keturunan Ādam, apakah ia keturunan kera bin monyet ?. ----Pertanyaan inilah akan dijawab dalam pemaparan ini.  ! ---
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, terlebih dahulu ditegaskan bahwa hadis-hadis yang dikutip pemaparan makalah ini, adalah berkualitas shahih, sehingga men-jadikannya sebagai hujjah (pegangan) merupakan kemestian.
II. Teori Hadis tentang Siapa Manusia Pertama
A. Adam Bukan Manusia Pertama, hadisnya adalah :
حدثني به موسي بن هرون قال حدثناعمرو بن حمادقال حدثنا اسباط عن السدي  عن ابي مالك و ابي صالح عن ابن عباس وعن  مرةعن ابن مسعود و عن ناس من اصحاب الرسول الله صلي الله عليه وسلم قالوا بعث الله عز وجل جبريل في الارض ليأتيه بطين منه فقالت الارض اعوذ بالله منك ان تنقص مني او تشينني فرجع ولم ياخذ و قال رب انها عاذت بك فأعذتها فبعث ميكائيل فعاذت منه فأعاذها فرجع فقال كما قال جبريل فبعث ملك الموت فعاذت منه فقال و انا اعوذ بالله ان ارجع و لم انفذ أمره فأخذ من وجه الارض وخلطه  ولم يأخذ من مكان واحد وأخذ من تربة بيضاء وحمراء وسوداء فلذ لك خرج بنو اد م مختلفين فصعد به فبل التراب حتي عاد طينا لازبا- و اللازب هو الذي يلزق بعضه ببعض ثم قال للملائكة( اني خالق بشرا من طين فاذا سويته و نفخت فيه من روحي فقعوا له ساجدين). فخلقه الله بيده لئلا يتكبر ابليس عنه فخلقه بشرا فكان جسدا من طين اربعين سنة من مقدار يوم الجمعة فمرت به الملائكة ففزعوا منه لما رأوه وكان اشدهم منه فزعا ابليس فكان يمر به فيضربه فيصوت الجسد كما يصوت الفخار يكون له صلصــلة فذلك حيـن يقـول ( من صلصال كالفخار )ويقول لأمر ما خلقت ودخل من فيه وخرج من دبره وقال للملائكة لا ترهبوا من هذا فان ربكم صمد وهذا اجوف لئن سلطت عليه لأهلكنه فلما بلغ الحين الذي يريد الله عزوجل ان ينفخ فيه الروح قال للملائكة  اذانفخت فيه من روحي فاسجدوا له فلما نفخ فيه الروح فدخل الروح في رأسه عطس فقالت الملائكة قل الحمد لله فقال الحمدلله  فقال له الله رحمك ربك فلما دخلت الروح في عينيه نظرالي ثمار الجنة فلمادخلت الروح في جوفه اشتهي الطعام فوثب قبل ان تبلغ الروح الي رجليه عجلان الي ثمار الجنة وذلك حين يقول الله تعالي( خلق الانسان من عجل). [4]
Artinya:
Musā ibn Hārun menceritakan kepadaku, Amer ibn Hammād menceritakan kepada kami, Asbāt menceritakan kepada kami dari al-Suddiy, dari Ab³ Mālik, dan Ab³ Shāleh dari Ibnu Abbās, dan dari jalur Murrah dari Ibnu Mas’ud, dan dari seorang sahabat, mereka berkata bahwa sesungguhnya Allah telah mengutus malaikat Jibril ke bumi untuk mengambil tanah darinya, maka bumi berkata: aku berlindung kepada Allah dari engkau agar jangan mengambil tanah dariku, lalu malaikat Jibril kembali tanpa mengambil tanah sedikit pun, Jibril berkata Ya Tuhanku Tanah memohon perlindungan kepadamu maka aku memberinya perlindungan, lalu Allah mengutus Mikail, namun demikian pula halnya, kemudian Allah mengutus Malak al-Maut, lalu tanah memohon perlindungan, tetapi Malak al-Maut mengatakan justru aku berlindung kepada Allah tidak akan pulang sebelum aku melaksanakan perintahnya. Lalu ia mengambil dari permukaan tanah ini dan mencampurnya dari beberapa tempat, diambilnya tanah yang berwarna merah, yang putih, dan yang hitam, dengan demikian lahirlah anak cucu Adam dengan warna kulit yang bermacam-macam, Malak al-Maut naik ke sisi Allah,  disiramnya tanah itu sampai menjadi tanah liat (Thin) yang siap ditempa, kemudian Allah berfirman kepada malaikat :Aku akan menciptakan manusia (basyar) dari tanah liat. Maka Allah menciptakan manusia (orang pertama) dengan tangan-Nya sendiri agar iblis tidak menjadi takabbur kepadanya, kemudian Allah menciptakan Adam (sebagai orang/manusia kedua) menjadi makhluk sempurna, jasad Adam dari tanah tinggal selama 40 tahun dari perhitungan hari jum’at, ketika malaikat melewatinya mereka terperanga melihatnya, dan yang paling terperanga adalah iblis, iblis melewatinya dan memukul-mukulnya sampai jasad itu mengeluarkan suara seperti suara tembikar, yang sudah kering, Iblis berkata : untuk apa kau diciptakan, lalu iblis masuk lewat mulutnya dan keluar melalui duburnya, kemudian iblis berkata kepada malaikat: jangan kamu gentar kepadanya, sesungguhnya Tuhanmu adalah tempat bergantung, sedangkan makhluk ini masih kosong, seandainya aku bisa menguasainya  pasti aku akan menghancur-kannya. Ketika telah sampai saat yang diingikan oleh Allah untuk meniupkan roh ke dalamnya, Allah berfirman kepada malaikat, apa bila telah Kutiupkan roh (ciptaan)Ku  ke dalamnya sujudlah memberi hormat kepadanya, setelah ditiupkan roh dan roh tersebut masuk ke dalam kepalanya, Adam menjadi bersin maka malaikat mengucapkan al-hamdulillah, maka Adam mengucapkan al-hamdulillah, lalu Allah menjawab yarhamukallah. Dan ketika roh sampai di matanya Adam melihat buah- buah surga, ketika roh sampai di tenggorokannnya Adam ingin makan, maka ia bergerak sebelum roh sampai di kakinya secara cepat untuk mendapatkan buah surga dan itulah makna firman Allah (manusia diciptakan dalam keadaan terburu-buru).
Hadis di atas memberikan gambaran bahwa ada manusia yang telah diciptakan sebelum Adam, kemudian setelah itu dengan melalui proses yang panjang, di mana terjadi tarik-menarik antara malaikat yang disuruh oleh Allah mengambil segenggam tanah namun tanah menolak sebagai bentuk protes dan kekhawatirannya apa bila nanti telah diciptakan manusia dan ia berbuat dosa, maka secara otomatis tanah juga ikut berdosa. Namun dengan paksa malaikat al-maut datang mengambil segenggam tanah dan itulah yang dibentuk menjadi manusia yang kemudian diberi nama Adam. Setelah sempurna bentuk jasmaninya lalu Allah meniupkan roh ke dalamnya sehingga ia menjadi makhluk sempurna yang mampu berkomunikasi dengan makhluk lainnya. Selanjutnya setelah roh ditiupkan maka kalimat yang pertama diucapkan oleh Adam adalah alhamdulillah sebagai tanda kesyukurannya kepada Allah atas kesempurnaan penciptaannya.
B. Adam Manusia Pertama, hadisnya adalah :
حدثنا هرون بن موسي بن ابي علقمة الفروي المديني, قال حدثني ابي عن هشام بن سعد عن سعيد بن ابي سعيد عن ابيه عن ابي هريرة ان رسول الله صلي الله عليه وسلم قال قد اذهب الله عنكم عبية الجاهلية وفخرها بالآباء, مؤمن تقي و فاجر شقي و الناس بنو ادم وآدم من تراب[5]                                          
Artinya:
Harun ibn Musa ibn Abi Alqamah al-Farwiy al-Madiniy menceritakan kepada kami, Ayahku menceritakan kepadaku, dari Hasyam ibn Saad, dari Said ibn Abi Said dari Bapaknya dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah bersabda: Allah telah mencabut dari pada kamu sekalian kesombongan jahiliyah dan membanggakan  nenek moyang, manusia hanya orang mukmin yang taqwa atau pendosa yang celaka, manusia semuanya anak cucu adam, dan adam dari tanah.
Hadis di atas menjelaskan semua manusia adalah cucu Ādam, yang maksudnya bahwa Ādam adalah manusia pertama, dimana proses penciptaan dan sumber asalnya adalah dari tanah. Dengan unsur tanah ini merupakan petunjuk bahwa manusia tidak dibenarkan menyombongkan diri, apa lagi membanggakan nenek moyang mereka.
C. Syarh al-Hadīś, Benarkah Manusia Berasal dari Kera
Dua hadis yang telah dikutip sebelumnya, perlu dianalisis (di-syarah) lebih lanjut untuk menemukan jawaban tentang asal usul manusia, benarkah ia berasal dari Kera sebagaimana teori Darwin ?
Hadis pertama, memang menerangkan bahwa sebelum Ādam telah manusia, dan kandungan hadis ini sejalan dengan penafsiran dalam QS. al-Baqarah (2): 30-31 yang melukiskan protes para malaikat terhadap Allah, mereka berkata : apakah Engkau akan menugaskan seorang yang berbuat kerusakan  di sana dan menumpahkan dara ? Padahal kami memuji Engkau dan Memahasucikan Engkau ? Jadi jelas sekali bahwa kata-kata ini menunjukkan para malaikat telah menyaksikan adanya manusia lain sebelum Ādam yang kerjanya adalah merusak dan bertumpah darah. Malaikat adalah hamba Allah yang suci, taat beribadah, dan tidak pernah berdusta, ia berkata sesuai apa yang telah disaksikannya, termasuk adanya manusia sebelum Ādam. Karena itu, jugalah ketika Allah akan menciptakan manusia periode berikutnya yang disebut Ādam, sebagaimana yang ditunjukkan oleh hadis tadi, bumi ini enggang menyerahkan tanahnya, sebab ia juga khawatir jangan-jangan nanti manusia yang unsur ciptaannya dari tanah tetap berbuat kerusakan, dan praktis bumi juga ikut berdosa akibat perbuatan manusia tersebut.
Hadis ini dan keterangan lain yang diperkuat oleh Alquran, serta interpretasi tentangnya memperkuat argumen teori Darwin bahwa "Ādam bukanlah manusia pertama", yang diciptakan dari tiada. Keterangan ini juga bisa membuka pintu diterimanya teori evolusi, bahwa manusia pada mulanya adalah makhluk yang bentuk fisik maupun rohaninya mendekati binatang jenis mamalia. Ini bukanlah manusia promethean yang tercipta dengan sendirinya melalui proses bumi, melainkan diciptakan oleh Allah juga, tetapi secara evolusioner.
Teori Darwin yang menetapkan bahwa semua benda yang ada di alam ini asalnya dari satu jenis. Beribu-ribu tahun sesudah itu, dengan beransur-angsur, dan dengan beberapa sebab serta keadaan dari luar, maka terjadilah tumbuh-tumbuhan, logam, binatang dan lain-lainnya. Binatang-binatang semua asalnya hidup berkumpul menjadi satu dan di satu tempat. Terus menerus sehingga menjadi lebih banyak dan kekurangan tempat, terpaksa binatang itu bercerai-berai mencari tempat sendiri-sendiri. Lantaran berpindah maka mereka merasakan bermacam-macam keadaan dan cuaca, maka terjadilah bermacam-macam rupa dan kelakuan. Ada singa, harimau, kambing, sapi, burung dan lainnya termasuk juga kera. Dengan kemajuan yang berturut-turut (evolutie), dari “kera” ini terjadilah satu binatang yang paling sempurna dan sopan, itulah manusia, artinya manusia berasal dari kera,[6] oleh karena itu Adam bukanlah manusia pertama-tama tetapi ia hanyalah satu kejadian baru dan sebelumnya sudah ada makhluk yang lain.
Lebih lanjut Darwin melukiskan bahwa kondisi fisik manusia purba, dan antropologi fisik secara visual digambarkan manusia menyerupai kera, moyet, atau gorilla, dan karena itulah manusia awal dan pertama dalam beberapa tahap evolusi mencirikan dunia binatang. Makhluk pra manusia kemudian berubah menjadi manusia ketika timbul kesadaran diri (self awarenes), penalaran (reason), dan kemampuan berkhayal (imagination). Pada waktu itulah lahir Ādam yang memiliki kemampuan simbol-simbol kehidupan, yang menjadi dasar kemampuan rekayasanya dalam menunaikan tugas amanahnya sebagai khalifah yang akan mengelolah bumi ini dengan baik.[7] Dengan adanya proses evolusi dari kera ke manusia, maka dalam beberaapa literatur Islam pun ditemukan adagium bahwa "الإنسان حيوان ناطق (manusia adalah sebangsa binatang yang pandai berbicara)."
Hadis Kedua, dan hadis-hadis yang sejalan dengannya akan dikutip satu-persatu dalam uraian ini, menerangkan bahwa Ādam adalah manusia pertama, yang tercipta dari tanah, dan ia tidak berevolusi dari kera. Ayat yang memperkuat keterangan ini adalah antara lain QS. al-Hijr (15): 26, dan QS. al-Mukminun (32): 12. Kemudian hadis lain yang sejalan dengannya adalah :
حدثنا مسدد عن يزيد بن زريع ويحي بن سعيد حدثاهم قالا: ثنا عوف, قال ثنا قسامة بن زهيرقال ثنا ابو موسي الاشعري قال قال رسول الله صلي الله عليه وسلم ان الله تعالي خــلق ا دم من قبضة قبضها من جميع الارض فجاء بنو ا دم علي قدر الارض فجاء منهم الاحمر و الابيض والاسود و بين ذ لك و السهل و الحزن و الخبيث و الطيب " [8]
Artinya
Musaddad menceritakan kepada kami, dari Yazid ibn Zurai’ dan Yahya ibn Said keduanya berkata Auf menceritakan kepada kami, Qusamah ibn Zuhair menceritakan kepada kami Abu Musa al-Asy’ariy menceritakan kepada kami bahwa Rasulullah bersabda: sesungguhnya Allah telah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambil dari semua macam tanah, maka datanglah anak cucu adam sesuai kadar tanah ciptaannya, di antara mereka ada yang warna  kulit merah, putih, dan hitam, ada yang lembut dan ada yang kasar, ada yang kotor dan ada yang bersih.
Hadis ini menjelaskan bahwa unsur penciptaan Ādam adalah dari berbagai macam warna tanah yang memberi pengaruh pengaruh terhadap warna kulit anak cucunya nanti, termasuk mempengaruhi watak dan karakter mereka. Adanya kejelasan bahwa manusia pertama, yakni Ādam diciptakan dari tanah, praktis bahwa ia tidak berevolusi dari kera.
Juga ada riwayat al-Hakim dari Ibn Abbas yang menyebutkan bahwa sekitar 2000 tahun sebelum Adam sudah diciptakan jin oleh Allah dan ditempatkan di bumi, dan mereka inilah yang melakukan kerusakan dan pertumpahan darah dan dijadikan contoh bayangan oleh malaikat.[9] juga beberapa riwayat tentang dialog antara Musa dan Adam yang menyebutkan Adam sebagai bapak manusia[10] Dari keterangan ini memberikan pengertian bahwa sebelum Adam tidak ada makhluk yang bernama manusia, dan yang digantikan Adam adalah makhluk jin yang sudah dibinasakan oleh Allah sebagai penghuni bumi. Hal ini sejalan pula dengan pendapat Muhammad Isa Daud yang mengatakan bahwa Sebelum Iblis, ada suatu kaum yang kafir, mereka adalah golongan jin, mereka adalah yang ada di bumi, oleh karena itu kemaksiatan iblis hanyalah mengikuti kemaksiatan golongan jin yang ada sebelumnya di bumi.[11] Bahkan menurut Isa Daud “bola bumi sejak awal penciptaannya, mengenal bermacam-macam makhluk yang sadar, cerdas dan berakal. Namun bulatnya bumi tidak mengenal kehidupan yang diberi tugas (mukallaf) dengan kekhalifahan dari Allah kecuali dengan awal penciptaan jin dan penempatannya di bumi yang mendahului Adam dengan masa yang mencapai jutaan tahun.
Selanjutnya ditemukan hadis tentang bentuk jasmani Adam yang juga bisa memperkuat bahwa dialah sebagai manusia pertama. Hadis tersebut adalah :
حدثني عبد الله بن محمد  حد ثنا عبد الرزاق عن معمر عن همام عن ابي هريرة عن النبي صلي الله عليه وسلم قال خلق الله اد م و طوله ستون  ذراعا ثم  قال اذهب فسلم علي اولئك  من الملا ئكة جلوس فاستمع ما يحيونك فانها تحيتك و تحية ذريتك فقال السلام عليكم  فقالوا السلام عليك ورحمة  الله فزادوه ورحمة الله  فكل من يدخل الجنة علي صورة اد م فلم يزل الخلق  ينقص  حتي الآن. [12]
  Artinya:
Abdullah ibn Muhammad menceritakan kepadaku, Abd al-Raz±q menceritakan kepada kami, dari Ma’mar dari Hamm±m, dari Ab­ Hurayrah dari Nabi saw bersabda: Allah telah menciptakan Adam yang tingginya 60 hasta, kemudian Allah berfirman  pergilah dan beri salam kepada kelompok malaikat yang sedang duduk itu kemudian dengarkan apa jawaban mereka kepadamu, dan itulah salam penghormatanmu dan anak cucumu, Adam mengucapkan “assalamu alaikum” , kemudian malaikat menjawab “ al-salam alaika wa rahmatullah” mereka tambahkan “ wa rahmatullah” , maka setiap orang yang akan masuk sorga seperti bentuk tubuh Adam, dan penciptaan makhluk itu akan selalu berkurang sampai sekarang.
Hadis di atas memberikan penjelasan bahwa bentuk dan besarnya serta tinggi badan Ādam sebagai makhluk manusia pertama adalah setinggi 60 hasta dan lebar badannya 7 hasta. Juga dalam hadis ini dijelaskan bahwa anak cucu Adam akan mengalami penyusutan penciptaan dalam arti baik tinggi maupun besarnya  akan menjadi semakin kecil sampai hari kiamat, nanti menjelang masuk sorga mereka akan dikembalikan penciptaannya seperti penciptaan Adam 60 hasta. Dari sini kemudian dipahami bahwa manusia tidak berasal dari kera, karena postur tubuh kera paling tinggi, 1/5 meter, dan cara justru kera-kera saat ini mengalami penyusutan semakin kecil dan atau semakin pendek ukuran tubuhnya.
III. Penutup/Kesimpulan
Dapatlah disimpulkan bahwa asal usul manusia sesuatu yang misterius, dan dalam beberapa teori termasuk dalam teori hadis ditemukan isyarat pembenaran atas teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia berasal dari kera. Namun bila hadis tersebut di-syarah lebih lanjut, kemudian dikaitkan dengan sejumlah hadis-hadis yang relevan dengannya ditemukan teori lain yang menegaskan bahwa asal manusia yang sebenarnya adalah dari Ādam yang tercipta dari tanah.[]
IV. Daftar Pustaka
Al-Qur'an al-Karim,
al-Hadīś al-Syarīf ; al-Bukhari ; Muslim; Abu Dāwud; Musnad Ahmad; Musnad al-Hakim.
Alkitab, Kitab Kejadian "Genesis"
Aiken, Lisa. To be Jewish Woman. London: Janson Aronson Inc, 1992.
Darwin, Charles. The Origin of Species and the Survival of the Fittest by Means of Natural Select­ion. New York : Colombia University Press, 1975.
Daud, Muhammad Isa. Para Penghuni Bumi Sebelum Kita. Cet.VIII, Bandung: Pustaka Hidayah, 2001.
Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, juz I. Bairut: Dar al-Ma’rifat, 1969.
Madjid, Nurcholish. Pandangan Keagamaan terhadap Teori Evolusi, "Makalah Seminar LIPI-IAIN-ICMI" Jakarta 18 Desember 1996.
Suyuti, Machmud. Syarah Hadis-hadis Kontroversial. Cet. I; Makassar : Yapma, 2006
Thabariy, Ibn Jarīr. Jami' Ta'wil al-Qur'an, jilid I. Bairut: Dār al-Fikr, 1984.
Zaini, Syahminan. Mengenal Manusia lewat Al-Qur’an. Surabaya: Bina Ilmu, 1980.

Wassalam … !


[1] Uraian tentang "Pembenaran Paus tentang teori Darwin", dapat dilihat dalam Nurcholish Madjid, Pandangan Keagamaan terhadap Teori Evolusi, "Makalah Seminar LIPI-IAIN-ICMI" Jakarta 18 Desember 1996, h. 1-2.
[2] Kitab Kejadian "Genesis"/1: 26. Penjelasan lebih lanjut lihat Lisa Aiken, To be Jewish Woman (London: Janson Aronson Inc, 1992), h. 12.
[3] Uraian lebih lanjut tentang hadis-hadis kontroversial, lihat Machmud Suyuti, Syarah Hadis-hadis Kontroversial (Cet. I; Makassar : Yapma, 2006), h. 34-35.
[4] Al-Bukhari, kitāb Bad' al-Khalq, dikutip dari Tafsir Ma'śūr Ibn Jarīr al-Thabariy, Jami' Ta'wil al-Qur'an, jilid I (Bairut: Dār al-Fikr, 1984), h. 203.
[5] Abū Dawud Sulaiman bin al-Asy'ats al-Sijistani, Sunan Abu Dawud, juz IV  ( t.t, Maktabah Dahlan, t.th), h. 222.
[6] Lihat “The Descent of Man and Selection in Relation to see” sebagaimana yang dikutip oleh Syahminan Zaini , Mengenal Manusia lewat Al-Qur’an (Surabaya: Bina Ilmu, 1980), h. 32-33.
[7] Charles Darwin, The Origin of Species and the Survival of the Fittest by Means of Natural Select­ion (New York : Colombia University Press, 1975), h. 21.
[8] Abu Dawud, op. cit., h. 498.
[9] Lihat Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, juz I (Bairut: Dar al-Ma’rifat, 1969), h. 70-71.
[10] Lihat Sahih Bukhariy juz VI: 17, VIII, 126, dan sahih Muslim.juz IV: h. 2042,43,44.
[11] Lihat selengkapnya Muhammad Isa Daud, Para Penghuni Bumi Sebelum Kita (Cet.VIII, Bandung: Pustaka Hidayah, 2001), h. 90.
[12] Dikutip dari Abi Abdillah Muhammad ibn Ismail al-Bukhariy, Shahih al-Bukhariy, juz II (Indonesia: Maktabah Dahlan,  t.th), h. 1299.